Posted by: genetika21 | 27 April 2008

Satwa yang Menularkan Penyakit

– Anang Setiawan Achmadi –

Satwa, seperti halnya manusia, tidak terbebas dari penyakit. Ini berlaku bagi satwa piaraan atau satwa liar yang hidup bebas di alam ataupun dalam kandang, seperti di kebun binatang. Berbagai penyakit dapat ditemukan, dari yang patogen hanya terhadap satwa itu sendiri hingga yang dapat menular ke manusia. Dalam dunia kedokteran dikenal istilah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari satwa kepada manusia dan sebaliknya. Zoonosis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit (endoparasit atau ektoparasit), serta jamur. Lebih dari 34 jenis penyakit menular yang dikategorikan zoonosis telah diidentifikasi oleh ahli penyakit hewan.


Zoonosis pada hewan domestik
Penyakit zoonosis dapat ditularkan oleh hewan domestik (yang telah dijinakkan dan dikembangbiakkan sebagai hewan ternak atau hewan piaraan) dan oleh satwa liar. Kasus terbaru yang menghebohkan adalah avian influenza, yang penyebarannya melalui unggas.

Kasus yang tidak kalah penting adalah munculnya antraks di daerah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, yang menyerang kambing dan domba. Penyakit antraks menyerang berbagai jenis hewan, seperti sapi, kambing, domba, babi, kuda, kucing, dan burung unta.

Contoh lainnya adalah rabies, salah satu penyakit zoonosis yang sudah dikenal masyarakat dari zaman dulu dan biasa terjadi pada orang yang terkena gigitan anjing yang positif terhadap penyakit ini. Dulu penyakit tersebut menjadi momok bagi masyarakat, terutama di pedesaan, yang populasi anjing liarnya masih sangat banyak.


Zoonosis pada satwa liar
Cara yang paling mudah untuk melihat berbagai jenis satwa liar adalah ke kebun binatang. Di sanalah kemungkinan paling dekat terjadinya penularan penyakit zoonosis kepada manusia. Interaksi terbesar manusia dengan satwa liar akan terjadi karena pengunjung sering kali memberi makan atau menyentuh satwa di dalam kandang atau berpotret bersama satwa yang ada.

Penyakit zoonosis yang dapat ditularkan oleh satwa liar tersebut tidaklah sedikit. Beberapa penyakit zoonosis yang paling umum menyerang satwa liar di antaranya tuberkulosis, streptococcosis, salmonellosis, rabies, leptospirosis, toksoplasmosis, psittaccosis, taeniasis, dipilidiasis, herpes-B, dan hepatitis. Beberapa penyakit itu pernah dilaporkan menyerang satwa liar yang ada di Indonesia.

Mengapa bisa sampai ke manusia?
Banyak faktor dapat memicu penyakit hinggap pada hewan, bahkan satwa liar yang bebas di alam sekalipun, apalagi dalam kondisi terkurung. Penyakit dapat menyerang terutama pada kondisi satwa yang lemah, stres, lingkungan yang kotor, serta perawatan satwa yang kurang baik.

Ada beberapa metode berbeda untuk mengetahui penularan penyakit zoonosis dari satwa kepada manusia. Pada beberapa kasus, penyakit zoonosis ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan pada kasus lain dapat dijumpai penularan melalui air minum yang mengandung telur dari parasit yang zoonosis–biasanya pada kasus yang berhubungan dengan cacing pita (taeniasis).

Cara penularan yang lain dapat melalui vektor insekta (serangga), contohnya melalui tungau (flea) atau kutu (tick) yang termakan oleh hewan yang terinfeksi kemudian termakan oleh manusia. Pada prosesnya, serangga tersebut mentransfer organisme infeksius.

Penyakit zoonosis tersebut sering berakibat fatal, baik bagi hewan, satwa itu, maupun bagi manusia. Namun, kita sering tidak mengetahui bahaya yang mengancam apabila terserang penyakit karena terkadang kurang awas dan tidak tahu. Sering kali kita baru menyadari setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, seperti halnya pada kasus toksoplasmosis. Penyakit ini tidak cukup hanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang muncul, tapi baru dapat dipastikan setelah dilakukan pemeriksaan darah dengan metode yang tepat.

Hewan dan manusia memang sebaiknya tidak hidup berdampingan, terkecuali kita sudah memastikan bahwa hewan tersebut dalam status sehat. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah penyakit zoonosis ini, di antaranya dengan vaksinasi, pemeliharaan yang benar, dan lingkungan hewan itu yang harus selalu terjaga kebersihannya. Untuk satwa liar yang sudah keluar dari habitatnya, seperti di kebun binatang, sebaiknya faktor manusia sebagai pengunjung harus lebih berhati-hati dan tidak gegabah untuk bersentuhan dengan satwa yang ada.


Responses

  1. Apa benar kucing dapat membawa toxoplasma? Gimana gejala klinisnya?

  2. Hello Practician, could you answer this question?Mr. Mod?
    I think I’m not a proper man who should explain about this disease, so please help me…

  3. Wah,saya jg sebenarnya dah lama gak pegamg hewan hehe.tp secara sederhananya,memang kucing adalah inang definitif dari parasit ini. Krn hanya di usus halus kucinglah toksoplasma ini bisa membentuk ookista. Ookista inilah yg bisa nular ke manusia atau hewan lain. Kucing sendiri ga nunjukin gejala sakit.

    penularan ke manusia bs dr konsumsi makanan yg terkontaminasi ookista dr kotoran kucing yg terinfeksi,atau dr makanan (seperti kambing) yg terinfeksi yg tidak dimasak dengan benar.

    dimanusia sendiri juga gejalanya tdk spesifik.penyakit ini ditakuti ibu2 yg hamil,krn bisa nyebabin keguguran atau cacat pada bayi. pola hidup bersih dan sehat kayaknya solusinya biar terhindar dr penyakit ini. Masak daging minimal 65 derajat sebelum dimakan.dan yg punya kucing jaga kesehatan kucingnya (periksa ke dokter hewan terdekat) dan jaga kebersihan (tempat buang air si kucing).

    maap kl kurang jelas.mungkin ada temen dokter hewan yg bisa nambahin.mungkin yg praktisi bisa lebih memperjelas.

  4. Mas Nang
    kemarin saya dapat tembusan resmi dari dirkeswan deptan tentang
    tulisan saya ” Dirofilaria immitis. yang menyatakan bahwa itu bukan zoonosis
    tanggapan saya baru dalam proses draf penyelesaian.
    Dari beberapa literatur yang saya baca menyatakan zoonosis dan web depkes aja menyatakan
    zoonosis. Dokter Anang Setiawan bagaimana?… kalau ada sekalian literatur
    nya atas tanggapannya terimakasih

    Mas Andi email saya yg tanggapan dari deptan gimana ngak dimuat yach

  5. penyakit kulit pada anjing kucing, exp. scabies apa termasuk zoonosis?

  6. Scabies jelas bisa menular melalui kontak langsung dengan penderita. So hati2 klo ada hwn pliharaan yg terinfeksi scabies, terutama klo di rumah juga ada balita yg hobi pegang ini-itu…
    Info umumnya bisa dilihat di http://en.wikipedia.org/wiki/Scabies

  7. nimbrung ah….
    setau gw sech memang dirofilaria immitis bukan termasuk zoonosis….ada juga pada manusia kaki gajah…tp stau gw bukan dirofilaria immitis penyebabnya….
    sori kalo gw sok tahu….heeee
    dah lama aja gak online

  8. lain kaleee cep……
    kalo liat definisi zoonosis sendiri kan “penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan juga sebaliknya”. meskipun gejala pada manusia gak parah misalnya tapi kl dia bisa juga menginfeksi manusia dan hewan ya masuk kategori zoonosis. kayak scabies itu masuk zoonosis juga meskipun keliatannya sepele.

    dirofilaria immitis juga begitu, dia menginfeksi anjing lazimnya, tapi sebenernya bisa juga ke manusia meskipun di manusia cacingnya akan mati sebelum dia bisa berkembang (manusia sebagai dead end = cul de sac) hehehe, pelajaran zoonosis pak Roso.

    pak Fajar (Dosen Helminth) juga pernah bilang di Sukabumi pernah ada penlitian dari Depkes (kalo gak salah) ditemukan antibodi thd dirofilaria pada manusia, artinya dia pernah terpapar dirofilaria. Sukabumi ini salah satu daerah yang endemis dirofilaria ini.

    menurut gw sih gitu, tp mungkin ada penjelasan yg lebih detail deh dr yg lain

  9. oh gitu ya pa kendi…?
    maklum dah lupa…keliatan ya bodohnya gw…he he,…

  10. Dirofilaria immitis and scabies termasuk zoonosis…

    Check this website :

    http://www.soton.ac.uk/~ceb/EctoEndodirectory/parasiticzoonoses.htm

    Di situ ada juga link hasil-hasil penelitian ttg zoonosis.

  11. Dirofilaris immitis and scabies emang zoonosis…

    Check this website :

    http://www.soton.ac.uk/~ceb/EctoEndodirectory/parasiticzoonoses.htm

    di siti juga ada link hasil-hasil penelitian ttg zoonosis…

  12. To Mas LP, ada referensi dari AVMA (American Veterinary Medical Association), saya kutip yg menyatakan bahwa Dirofilaria immitis adalah zoonosis:

    ************************
    Q: Do other species of Dirofilaria have zoonotic potential?

    A: Only Dirofilaria immitis, the canine heartworm, causes pulmonary dirofilariasis in human beings; however, several other species of Dirofilaria also are zoonotic.5-7 Filarial nematodes from raccoons (D tenuis), bears (D ursi), and porcupines (D subdermata) can cause subcutaneous dirofilariasis in human beings.8,9 Another parasite of this genus, D repens, is found in dogs and causes ocular dirofilariasis in human beings

    Lengkapnya, coba buka:
    http://www.avma.org/reference/zoonosis/zndirofi.asp

  13. To mba May and mba Halid
    Terima kasih atas infonya
    saya punya usul nihh..
    rencana bulan agustus 2008 ada konferensi ilmiah veterine
    minta tolong dirofilaria diikutkan. mungkin mba May atau mba Halid
    atau mungkin teman2 yang lain bisa mewakili. minimal genetika
    ada yang mewakili.
    Kenapa dirofilaria , karena hal ini masih kontroversial
    dilain sisi dirkeswan deptan menyatakan tidak zoonosis
    tapi disisi depkes menyatakan zoonosis dan diperkuat beberapa
    literatur. termasuk informasi dari mba May and Mba Halid
    terimakasih semuanya
    sukses selalu

  14. Maaf Teman2…
    Saya terlambat mengikuti perkembangan, baru dari field work di Niah National Park…
    Thanks for all the information…
    Permasalahan zoonosis saya sudah banyak yang lupa….
    Hehehe…
    artikel ini saya tulis pada saat masih fokus dengan dunia veteriner….

  15. Hmm..berarti kita juga harus menjaga kesehatan satwa / hewan yang kita pelihara agar kita sebagai pemiliknya tidak terular oleh penyakit yang diderita oleh hewan yang kita miliki.

  16. ehm….diskusi tentang dirofilariasis menarik. sy ingin mngkaji dan mlakukan pnelitian akan haL ini. kLu tdk saLah pernah da pneLitian tentang px ini di IPB. dimana metodenya, menampung seekor anjing yg terinfeksi dirofilaria, nyamuk dan primata daLam ruangan tertutup. hasiLnya tp spt pa…..sy jg bLom dengar n baca. yg pasti agen px akan sLaLu mLakukan sbuah prubahan. ini terjadi di semua agen. ada yg bersifat cpt maupun lambat perkembangannya. cepat atw lambat haL ini akan terjadi juga pd si “Dirofilaria”.

  17. Pertanyaan dr Cah Bagoes, mengingatkan saya pada mimi dan amir yang malam2 harus ngitung larva dirofilaria he he.betul gak ya. ayo mimi dan amir beri jawaban pd cah bagoes

  18. Anjing Dalmation saya mati, setelah beberapa hari tampak lemas. Penyebabnya diduga diracun orang atau makan tikus yg beracun. Tdk diautopsi memang, tapi apa sih gejala keracunan pd anjing?
    tq.

  19. gejala keracuan pada anjing tergantung pada jens racunnya bu…
    yang umum sech biasanya, anjing tiba tiba ambruk,muntah2,berbusa,mencret mencret,mata merah..dll
    harus segera hubungi dokter hewan untuk pnangannya.
    thx

  20. mo tanya dunt… penyakit yang disebababin ama kutu namanya ap c? klo ga salah efeknya jadi ngantuk trus jd kayak hepatitis gitu… gw lupa…. maklum …baru blajar….

  21. Makasih dukungan kolega semua. kalau dirofilaria immitis itu zoonosis
    Saya sebetulya bingun sekali. Dilain pihak dirkeswan menanggapi bukan
    zoonosis balasan email kesaya mudah2an belum tak hapus. menanggapi
    tulisan saya tentang dirofilaria di http://www.anjingkita.com.
    ya mudah2an salah nulis aja dirkeswan.
    dan mudah2an bisa koreksi malu malui aja.
    Kacau negara kalau seperti ini.
    bali sudah masuk rabies. Mau nyalihin PDHI ngak enak
    anggaran dana profesi dari pemerintah aja ngak pernah ada. pengurus menges cari dana
    yach yachhhhh ……ngantuk dheh

  22. Sabar mas…sabaaaaar ya mas, siapa tau ada yg mau ndengerin mas lp……siapa tau gitcu????


Leave a reply to Chimay Cancel reply

Categories